Genap semusim sejak sunyi memintal usia
Derit lantai ini mengusikku sesekali
Membangunkan yang tergeletak rapi
Di sudut-sudut meja, di balik terali besi
Gema detik seolah ingin menulis kembali
Sejarah dalam pigura
Setumpuk puisi
Sebuah janji
Sejarah dalam pigura
Setumpuk puisi
Sebuah janji
Tiada suaramu bertandang malam ini
Semusim sudah, ternyata
Rasanya aku sengaja membiarkan debu-debu ini
Mengubur cerita yang pernah begitu nyaring terdengar
Semusim sudah, ternyata
Rasanya aku sengaja membiarkan debu-debu ini
Mengubur cerita yang pernah begitu nyaring terdengar
Sejak itu, mawar pun enggan mekar
Aku sering duduk di depan barisan yang sejajar
Terkadang sembari menghapus merah yang menggores ujung jemari
Perih, namun ini adalah engkau
Aku sering duduk di depan barisan yang sejajar
Terkadang sembari menghapus merah yang menggores ujung jemari
Perih, namun ini adalah engkau
Aku bisa menulis cerita lain, walau tak seindah takdir Tuhan
Setidaknya, untuk debar yang kian menampar
Hingga aku tak perlu lagi tersungkur keras
Ketika terbangun, nanti..
Setidaknya, untuk debar yang kian menampar
Hingga aku tak perlu lagi tersungkur keras
Ketika terbangun, nanti..
Post a Comment